Sabtu, 05 Maret 2011

syrkh mahdum

Babad Pasir Luhur tak lepas dari cerita Kamandaka Lutung kasarung, terjadi pada masa Adipati Handadaha yang berkuasa waktu itu. Setelah Raden Kamandaka atau Banyak Cotro menikah dengan Dewi Cipto Roso, secara turun-temurun Kadipaten Pasir Luhur di pimpin oleh keturunannya. Raden Banyak Cotro dan Dewi Cipto Roso mempunyai putra bernama Raden Banyak Wiroto, menjadi Adipati menggantikan R. Banyak Cotro. Adipati Banyak Wiroto kemudian menurunkan ke putranya yaitu Raden Banyak Roma.
Adipati Banyak Roma menurunkan lagi ke putranya bernama Banyak Kesumba, Adipati Banyak Kesumba mempunyai dua putra bernama Raden Banyak Blanak dan Raden Banyak Geleh. Raden Banyak Blanak mempunyai putra bernama Raden Banyak Tole. Sedangkan Raden Banyak Geleh mempunyai putra bernama Pangeran Perlangon. Pangeran Perlangon mempunyai putra bernama Pangeran Langkap.

Di ceritakan, ketika Adipati Roma undur dari kekuasaan di gantikan oleh kedua putranya yaitu Raden Banyak Blanak dan Raden Banyak Geleh. Menjadi Adipati dan Patih di Kadipaten Pasir Luhur. Raden Banyak Blanak menjadi Adipati, sementara Raden Banyak Geleh sebagai patih dan berganti nama menjadi Wirakencana.
Pada waktu itu, pengaruh kekuasaan Demak Bintoro sudah mulai meluas di pulau Jawa. Beberapa utusan pun mulai disebar oleh Sultan Bintoro untuk menyiarkan agama Islam, tak terkecuali Kadipaten Pasir Luhur. Maka diutuslah Syekh Makhdum Wali untuk menemui Adipati Pasir Luhur.
Ketika Raden Banyak Blanak sedang sembahyang di sanggar pamujan, ia didatangi oleh Sifat Syekh Makhdum Wali dengan menggunakan aji pameling. Kemudian, terjadilah percakapan tentang kehidupan dan Islam. Setelah percakapan itu Raden Banyak Blanak memanggil Patih Wirakencana. Kepadanya, Sang Adipati menyampaikan sudah waktunya untuk pindah Ajaran.
Pendekatan yang  dilakukan Syekh Makhdum Wali terhadap Adipati Pasir Luhur sangat tepat, karena beliau menyentuh bathinnya terlebih dulu sebelum menemuinya secara langsung. Sehingga kehadirannya di Pasir Luhur disambut baik oleh Adipati Banyak Blanak dan patih Wirakencana tanpa adanya peperangan. Ini merupakan tonggak sejarah Islam di wilayah Pasir Luhur, yang terjadi pada masa kekuasaan Adipati Banyak Blanak.
Menurut H. Harnoto, Ketua Yayasan Maqom Syekh Makhdum Wali dan Senopati Mangku Bumi Pasir Luhur. Waktu itu tidak terjadi suatu peperangan, atau pun perselisihan. Karena, barangkali karomahnya Mbah Syekh Makhdum Wali. “Adipati Banyak Blanak sudah ada firasat, bahwa sudah saatnya beralih keyakinan. Sehingga, kehadiran Mbah Syekh Makhdum Wali dapat diterima dengan baik,” tuturnya.
“Itu merupakan hidayah dari Alloh SWT pada Adipati Banyak Blanak, saat itu bisa terjalin hubungan antara Ulama dan Umara dalam mengembangkan Agama Islam di tratah Pasir Luhur.” kata H. Harnoto. “Terjalinnya hubungan antara Ulama dan Umara waktu itu adalah cermin bagi bangsa kita, karena dulu sudah pernah terjadi antara Adipati Banyak Blanak dengan Mbah Syekh Makhdum Wali,” lanjutnya.
Barangkali ini termasuk pilar negara, di sinilah tempat ritual, tempat berdoa, dan menjadi  central Islam dijamannya.
Pada saat itu berdiri sebuah pesantren yang bernama “Ambawang Gulo Gumantung”. Harumnya buah mbawang yang dipadu dengan gula dan digantung. “Betapa siapa pun ingin menyucup, jadi siapa yang tidak ingin menyucup ilmunya pesantren Ambawang Gulo Gumantung,” tegasnya.
Menurut R. Budi Sasongko (49). Setelah masuk Islam, Raden Banyak Blanak diutus oleh Sultan Demak untuk menyebarkan Islam dari Pasir Luhur ke barat sampai sebelah timur Sungai Citarum, lalu membuat tapal batas yang dinamakan Udug-udug Krawang.
“Setelah selesai, Raden Banyak Blanak menghadap Raden Patah di Demak. Oleh Raden Patah, beliau di utus kembali menyebarkan Islam ke bagian timur Pasir Luhur sampai wilayah Pati,” tuturnya.
“Tugas itu pun dapat diselesaikan dengan baik, Raden Banyak Blanak kembali menghadap Raden Patah. Sementara di Demak, para wali sedang sibuk membangun masjid. Adipati Banyak Blanak dan prajuritnya pun turut membantu pembangunan Masjid Demak,” lanjutnya.
Atas keberhasilan Raden Banyak Blanak dalam menjalankan tugas penyebaran Islam, Sultan Demak memberi gelar “Pangeran Senopati Mangkubumi”. Selain itu, Pasir Luhur dibebaskan dari pajak setiap tahunnya, diberi Mustaka Masjid, dan diberi seribu pikul jebuk wangi (jambe).
Untuk kemudian, Raden Banyak Blanak lebih dikenal dengan “Pangeran Senopati Mangkubumi”. Singkat cerita, setelah Raden Banyak Blanak atau Pangeran Mangkubumi wafat, Kadipaten Pasir Luhur dipimpin oleh putranya yang bernama Raden Banyak Tole.
Namun, Adipati Banyak Tole tidak menerima ajaran ayahnya, dan membangkang dari kekuasaan Demak Bintoro. Ia pun berseberangan dengan patih Wirakencana ‘pamannya’.
Adipati Tole pun harus beradapan dengan kekuatan Demak bintoro,  waktu itu yang menjadi Sultan Demak adalah PangeranTrenggono. Pasir Luhur tidak mampu menghadapi kekuatan Demak, Adipati Tole memilih meninggalkan Pasir Luhur.
Karena kekosongan kekuasaan di Kadipaten Pasir Luhur, oleh Sultan Demak diangkatlah Patih Wirakencana menjadi Adipati Pasir Luhur bergelar Pangeran Senopati Mangkubumi II. Kadipaten Pasir Luhur kemudian dipindah ke arah timur laut Sunggai Logawa, dan berganti nama menjadi Kadipaten Pasir Bathang.
Syekh Makhdum Wali padepokannya tetap di Ambawang Gulo Gumantung, sampai akhir hayatnya. Beberapa tahun kemudian Pangeran Mangkubumi II pun wafat, dan dimakamkan satu liang dengan makam Syekh Makhdumwali. Sebelumnya pernah terjadi perjanjian antara Syekh Makhdum Wali dengan Pangeran Mangkubumi II, bahwa kalau nanti sampai akhir hayatnya keduanya akan disemayamkan pada liang lahat yang sama. Hal ini menunjukan kesetiaan Mangkubumi II terhadap Gurunya yaitu Syech Makhdum  Wali dalam mempertahankan dan mengamalkan ajaran Islam di Kadipaten Pasir Luhur. “Disini sebenarnya sudah dicontohkan, Ulama dan Umara menyatu sampai ke liang lahat,” kata H. Harnoto. Demikian diceritakan oleh R. Budi Sasongko, yang masih Trah Pasir Luhur dan H. Harnoto, Ketua Yayasan Maqom Syekh Machdum Wali dan Senopati Mangkubumi Pasir Luhur. (Suparjo-Ester)

Jumat, 04 Maret 2011

Tung Dasem Waringin Ingin Berbagi Bagaimana Memilih Teman Yang Baik

Memilih Teman dengan Hati-hati

Memilih Teman


Dengan siapa Anda menghabiskan waktu, dan apakah anda sudah memilih teman dengan hati-hati untuk masa depan Anda.

(Robert T Kiyosaki)
Robert Kiyosaki pernah mengikuti sebuah seminar 22 tahun yang lalu dimana instrukturnya meminta Robert menuliskan enam nama orang yang paling sering melewatkan waktu bersama Robert. Kemudian instruktur tersebut menulis dan mengumumkan, “Kalian sedang menatap masa depan kalian, keenam orang yang paling sering meluangkan waktu bersama kalian adalah masa depan kalian.”
Sekarang silahkan anda melakukan tugas yang sama, tulis enam orang yang paling sering dengan kalian. Mungkin tidak selalu teman anda, mereka mungkin rekan kerja, pasangan hidup, anak-anak, kelompok agama, atau kelompok sosial anda. Saya pribadi waktu mengerjakan tugas ini 6 tahun yang lalu, daftar nama saya didominasi rekan kerja. Sekarang setelah 6 tahun berlalu, kelima orang lain dalam daftar saya yang dulu masih menjadi teman baik saya, tapi kami jarang ketemu. Mereka orang-orang yang menyenangkan dan mereka hidup bahagia dengan hidup mereka. Perubahan saya hanya melibatkan diri saya, saya ingin merubah masa depan saya. Supaya berhasil mendapatkannya, saya harus merubah cara berfikir saya dan sebagai akibatnya juga merubah orang-orang yang menghabiskan waktu bersama saya.
Menurut saya pribadi, kesuksesan kita sangat tergantung 2 hal :
1. Apapun yang dimasukkan dalam otak kita.
2. Siapa yang kenal kita
Robert Kiyosaki dan saya tidak memilih teman-teman berdasarkan keadaan finansial mereka. Kami memilih teman-teman yang nyata-nyata berkaul kemiskinan dan juga teman yang menghasilkan jutaan dollar setiap tahun. Maksud saya, kami belajar dari mereka semua dan secara sadar kami berusaha untuk belajar dari mereka. Kami akui bahwa ada orang yang saya cari karena mereka mempunyai uang. Tetapi saya tidak mengejar uang mereka, saya mencari pengetahuan mereka. Dalam beberapa kasus orang-orang yang mempunyai banyak uang itu menjadi sahabat baik, tetapi tidak semuanya. Kami juga belajar dari teman-teman kami yang bergumul secara finansial, kami belajar apa yang tidak boleh kami lakukan.
Banyak orang datang ke tempat teman-teman yang kaya, tapi mereka datang untuk mencari satu atau dua hal atau kedua-duanya, yaitu :
1. Pinjaman/hutang
2. Pekerjaan
Mereka tidak pernah datang kepada teman yang kaya untuk bertanya bagaimana mereka bisa kaya.
Sudahkah Anda memilih teman-teman yang Anda ingin menjadi..?
Temukan seseorang yang telah melakukan apa yang ingin anda lakukan, ajaklah mereka makan siang, mintalah nasehat kepada mereka bagaimana cara mereka menjadi sukses.

Artikel Memilih Teman dengan Hati-hati ini dipersembahkan oleh TDWClub.com.

Kamis, 03 Maret 2011

Watu Sinom Riwayat Raden Kamandaka


Watu Sinom, ketemunya kadang tuo lan anom PDF Print E-mail
Monday, 03 January 2011 00:00


Berawal dari lolosnya Kamandaka dari kejaran prajurit Pasir Luhur, ia bertemu   seorang janda penjual daun, yang mempunyai sebutir telor ayam. Kemudian, ditetaskan jadilah jago dan diberi nama Mercu. Oleh  Kamandaka, mercu di jadikan ayam aduan.
Setiap sabung ayam, Kamandaka selalu menang. Kamandaka sebenarnya putra Prabu Silihwangi yang punya nama asli Raden Banyak Cotro, karena penyamarannya ia mengganti nama menjadi Kamandaka.
Waktu itu, adiknya dari Pajajaran yang bernama Raden Banyak Ngampar diutus untuk mencari Raden Banyak Cotro. Sampailah ia di Pasir Luhur, yang juga menyamar dengan  nama Silihwarni.
Raden Banyak Ngampar atau Silihwarni, mengabdi di Pasir Luhur, dan diijinkan numpang hidup disana dengan syarat bisa menangkap maling julik Kamandaka. Tapi belum tau kalau Kamandaka adalah orang yang ia cari yaitu Raden Banyak Cotro.
Setiap sabung ayam, Kamandaka selalu menang sehingga mudah bagi Silihwarni untuk mencari serta menangkap Kamandaka. Suatu ketika Silihwarni bertemu dengan Kamandaka di arena sabung ayam, kesempatan itu di manfaatkan oleh Silihwarni dengan cara memasang cis atau patrem, sejenis pusaka di kaki ayam kemudian ayam itu dilemparkan ke  Kamandaka dan mengenai perutnya.
Menyadari akan ditangkap, Kamandaka pun melarikan diri dan terus dikejar oleh Silihwarni. Dan sampailah di sebuah batu besar. Dari atas batu itu, Kamandaka menantang Silihwarni dengan menyebutkan nama aslinya yaitu “Raden Banyak Cotro putra Prabu Siliwangi”. Silihwarni tidak percaya karena dia juga putra Prabu Siliwangi, Kamandaka disuruh menyebutkan nama saudara-saudaranya yang lain.
Kamandaka menyebutkan tiga saudaranya yang lain, Banyak Ngampar, Banyak Blabur, dan Retno Pamungkas. Silihwarni pun percaya lalu mengatakan dirinya adalah Raden Banyak Ngampar yang diutus mencari Raden Banyak Cotro yang tidak lain adalah Kamandaka. Pertemuan kadang tua lan anom (kakak beradik) itu lah akhirnya batu itu diberi nama Watu Sinom.
Punakawan Raden Kamandaka yang bernama Rekajaya yang sudah lama mengabdi, sangat terharu (gadok atine), setelah Raden Kamandaka ketemu saudara kandungnya, berarti tugasnya sebagai abdi dalem sudah selesai. Karena Rekajaya gadok atine(terharu) akhirnya gerombol di sekitar Watu Sinom di namakan Gadok.
Raden Kamandaka sangat mencintai Dewi Cipto Roso putri Adipati Pasir Luhur. Hingga suatu ketika, Raden Kamandaka nekat masuk ke taman keputren. Namun, kehadirannya di taman keputren diketahui oleh prajurit penjaga dan melaporkannya ke Sang Adipati.
Adipati Pasir Luhur sangat murka, akhirnya Raden Kamandaka menjadi buronan Kadipaten Pasir Luhur dengan julukan maling julik Kamandaka. Demikian cerita singkat Raden Kamandaka yang melatar belakangi nama Watu Sinom dan gerombol Gadok. (TOPIK)


 

Add comment





:D:lol::-);-)8):-|:-*:oops::sad::cry::o:-?:-x:eek::zzz:P:roll::sigh:
1000 symbols left


Security code
Refresh

Home

followerku

Powered By Blogger