Watu Sinom, ketemunya kadang tuo lan anom | ![]() | ![]() | ![]() |
Monday, 03 January 2011 00:00 | |||
![]() Setiap sabung ayam, Kamandaka selalu menang. Kamandaka sebenarnya putra Prabu Silihwangi yang punya nama asli Raden Banyak Cotro, karena penyamarannya ia mengganti nama menjadi Kamandaka. Waktu itu, adiknya dari Pajajaran yang bernama Raden Banyak Ngampar diutus untuk mencari Raden Banyak Cotro. Sampailah ia di Pasir Luhur, yang juga menyamar dengan nama Silihwarni. Raden Banyak Ngampar atau Silihwarni, mengabdi di Pasir Luhur, dan diijinkan numpang hidup disana dengan syarat bisa menangkap maling julik Kamandaka. Tapi belum tau kalau Kamandaka adalah orang yang ia cari yaitu Raden Banyak Cotro. Setiap sabung ayam, Kamandaka selalu menang sehingga mudah bagi Silihwarni untuk mencari serta menangkap Kamandaka. Suatu ketika Silihwarni bertemu dengan Kamandaka di arena sabung ayam, kesempatan itu di manfaatkan oleh Silihwarni dengan cara memasang cis atau patrem, sejenis pusaka di kaki ayam kemudian ayam itu dilemparkan ke Kamandaka dan mengenai perutnya. Menyadari akan ditangkap, Kamandaka pun melarikan diri dan terus dikejar oleh Silihwarni. Dan sampailah di sebuah batu besar. Dari atas batu itu, Kamandaka menantang Silihwarni dengan menyebutkan nama aslinya yaitu “Raden Banyak Cotro putra Prabu Siliwangi”. Silihwarni tidak percaya karena dia juga putra Prabu Siliwangi, Kamandaka disuruh menyebutkan nama saudara-saudaranya yang lain. Kamandaka menyebutkan tiga saudaranya yang lain, Banyak Ngampar, Banyak Blabur, dan Retno Pamungkas. Silihwarni pun percaya lalu mengatakan dirinya adalah Raden Banyak Ngampar yang diutus mencari Raden Banyak Cotro yang tidak lain adalah Kamandaka. Pertemuan kadang tua lan anom (kakak beradik) itu lah akhirnya batu itu diberi nama Watu Sinom. Punakawan Raden Kamandaka yang bernama Rekajaya yang sudah lama mengabdi, sangat terharu (gadok atine), setelah Raden Kamandaka ketemu saudara kandungnya, berarti tugasnya sebagai abdi dalem sudah selesai. Karena Rekajaya gadok atine(terharu) akhirnya gerombol di sekitar Watu Sinom di namakan Gadok. Raden Kamandaka sangat mencintai Dewi Cipto Roso putri Adipati Pasir Luhur. Hingga suatu ketika, Raden Kamandaka nekat masuk ke taman keputren. Namun, kehadirannya di taman keputren diketahui oleh prajurit penjaga dan melaporkannya ke Sang Adipati. Adipati Pasir Luhur sangat murka, akhirnya Raden Kamandaka menjadi buronan Kadipaten Pasir Luhur dengan julukan maling julik Kamandaka. Demikian cerita singkat Raden Kamandaka yang melatar belakangi nama Watu Sinom dan gerombol Gadok. (TOPIK)
|
Add comment


















1000 symbols left
Refresh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar